Sabtu, 30 Agustus 2014

Khawatir!

Ini cerita tentang kekasih adikku dan adikku...
Dari awal aku sudah tak setuju jika mereka menjalin hubungan, sampai akhirnya aku berbicara berdua dengan lelaki itu bahwa aku tak akan pernah setuju jika mereka berdua menjalin hubungan lebih dari berteman. Lelaki itupun menerima, dan seolah dia berjanji tak akan menjalin hubungan lebih dengan adikku.
Legaaaa rasanya dia sudah berjanji seperti itu.
Setelah membuat perjanjian yg tak tertulis itu, adikku mengatakana bahwa lelaki itu menjauh. Lalu beberapa bulan kemudian dia dayang lagi dan membentak bentak adikku didepan umum, didepan anak anak satu sekolah. Aku semakin yakin kalau dia tak akan pernah mendeketi adikku lagi. Dan aku juga semakin tak suka kalau semisal dia mendeketi adikku lagi. Siapa yg rela jika adiknya dibentak bentak didepan umum?
Kata adikku dia menghilang lagi sejak kejadian itu. Tapi tiba tiba beberapa bulan kemudian, dia dateng dengan alasan untuk minta maaf dan ingin berteman baik seperti dulu lagi. Aku sempat marah, kecewa dengan adikku karena dia mau menerima lelaki itu jadi temannya lagi. Tapi adikku kekeh untuk bisa menerima dia jadi temennya. Sampai akhirnya kembali menjalin hubungan dekat seperti dahulu lagi. Aku sudah melarang adikku untuk dekat lagi dengannya. Aku tak rela adikku didekati oleh lelaki macam dia. Aku tak suka adikku didekati oleh lelaki itu. Tapi... apa daya semua ucapanku, semua laranganku tak dihiraukan oleh adikku. Dia tetap menerima lelaki itu, dan kini sudah mejalin hubungan "pacaran".
Aku bisa apa? Melarangnya juga percuma, pasti si lelaki punya sejuta alasan untuk bisa bersama dengan adikku.
Dari awal, aku sudah mengatakan padanya kalau aku tak suka dengan orang, maka aku akan mendiamkan orang itu. Dia mau lari sana sini, mau jungkir balik, aku tak peduli.
Kini, dia menuntutku untuk bisa berbicara padanya, menerima kata "maaf" darinya, dan menerima dia ada dikehidupan adikku.
Untuk masalah memaafkan dia sudah melanggar janjinya, dan membentak adikku aku sudah memaafkannya. Tapi tidak untuk menerimanya ada dikehidupan adikku.
Lelaki itu mengira aku belum memaafkanya karena kita belum berbicara padaku, sekalinya berbicara itupun tak kupedulikan. Sampai sekarang dia masih mengejar sampai aku melontarkan kata "aku memaafkanmu". Menurutku, pemberian maaf tak harus diucapkan cukup didalam hati yg ikhlas saja. Karena percuma saja kalau mulut memberikan kata "memaafkan" tp hati berkata lain. Lebih baik hati yg berkata "memaafkan" lebih dulu baru suatu saat bibir yg mengucapkannya.
Belum dia mendapatkan kata maaf dari mulutku, dia sudah membentakku dijalanan. Didepan adikku dan sahabat sahabatku. Sampai ada adu mulut antara sahabatku dengan lelaki itu. Adikku dan sahabatku menangis. Aku? Aku biasa saja. Aku tak takut padanya. Aku akan semakin sulit untuk bisa menerimanya dikehidupan adikku.
Lelaki itu? Dia sudah merasa benar dengan tindakannya. Dia sudah merasa membentakku adalah jalan yg baik yg dia lakukan.
Ha ha ha ha!!! Setan apa yg ada dihatinya, setan apa yg ada difikirannya, setan apa yg ada di tubuhnya. Berani membentak orang yg lebih tua, wanita, dijalanan.
Awalnya, aku dan sahabat sahabatku akan pulang, dan adikku juga aku suruh pulang, tapi adikku tak ada yg memboncengi, lelaki itu entah pergi kemana. Maka aku mengatakan "yasudah, terserah kamu mau pulang gimana, ditawarin untuk bonceng tiga juga gakmau". Dia pun jalan kaki untuk pulang. Aku memutarkan motor sampai ada dijalur yg benar untuk jalan pulang. Dengan maksut jika dia tak ada jemputan dari lelaki itu, dia akan aku panggil untuk pulang bersamaku. Dan ternyata dia sudah dijemput oleh lelaki itu. Dan insiden pembentakkan dia padaku terjadi.
Dia mengatakan "kamu rela nyuruh adikmu berjalan sendirian ke jalan pulang? Pikir!". Alasan itu yg dibuatnya untuk membentakku. Sebenarnya, kakak mana yg rela meninggalkan adiknya sendirian? Gak ada, itu hanya aku tinggal sesaat nantinya akan aku jemput dia diseberang jalan. Karena aku sudah melihat dia dijemput oleh lelaki itu maka aku tinggal saja. Dan tiba tiba aku di cegat dan dibentak bentak seperti itu.
Aku tak habis fikir, sudah melanggar janji, tak meminta maaf padaku disaat bulan ramadhan kemarin, sekarang membentakku. Sungguh ironis...
Bukan aku menginginkan dia mengucapkan "minal aidzin wal faizin" saat ramadhan kemarin, tapi kita hidup di Indonesia itukan sudah menjadi tradisi ,itu bulan yg penuh berkah ,apalagi dia sadar dia punya salah padaku. Atau mungkin dia tak sadar kalau dia punya salah padaku maka dia tak mengucapkannya.
Yah intinya sih sekarang setelah ada kejadian aku dibentak olehnya didepan umum, aku tak takut padanya. Tapi aku khawatir dengan adikku, aku khawatir adikku diperlakukan tak baik olehnya. Denganku saja dia berani melakukan itu, membentakku dan menunjuk nunjukan jarinya padaku, bagaimana dengan adikku? Aku khawatir akan keselamatan adikku. Dan aku khawatir dia akan memperlakukan adikku seperti dia memperlakukan sahabatku yg dulu pernah menjadi kekasihnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar